Sabtu, 16 Januari 2016

Pendakian di Puncak Tugu Magir Titik Tertinggi Gunungkidul

Sebagai seorang pendaki yang masih dalam kategori pemula saya iseng-iseng nyari informasi di tempatnya Mbah Gugel, letak titik tertinggi di Kabupaten Gunungkidul. siapa tahu berawal dari pendakian titik tertinggi Gunungkidul bisa ke titik tertinggi pulau Jawa, Indonesia dan dunia. hehehe
Anggapan saya bahwa titik tertinggi di Gunungkidul adalah Gunung Nglanggeran ternyata salah, karena titik tertinggi di Gunungkidul berada di puncak bukit Batara Sriten yang terletak di Padukuhan Sriten, Desa Pilangrejo, Kecamatan Nglipar, Gunungkidul Yogyakarta dengan Koordinat klik di sini.
Embung Batara Sriten
O iya, sekedar informasi nama Batara Sriten enggak ada hubunganya dengan tokoh pewayangan seperti Batara Indra, Batara Bayu atau Batara Kala loh bro tapi sebutan Batara Sriten diberikan karena lokasi bukit ini berada di Pegunungan Baturagung Utara yang kemudian disingkat menjadi Batara, tepatnya di wilayah Padukuhan Sriten.
Seperti biasanya disetiap persiapan sebelum pendakian saya sempatkan 2 minggu sebelumnya untuk berolahraga secara teratur untuk meminimalisir cedera otot atau hal lainya.
Akhirnya pada hari kamis 7 januari 2016 saya memulai perjalanan yang sudah saya rencanakan itu, dan untuk perjalanan kali ini saya ditemani Ibu Negara (sebutan untuk mbak pacar)
Jam 08:00 kami memulai perjalanan dari jogja, dengan rute:
Jogja - Jl. Wonosari - Piyungan - Pathuk - Pertigaan Sambipitu (ambil kiri, arah nglipar) - Pertigaan Besar (sbelum pasar nglipar) ambil kiri - Jalan Nglipar_Ngawen - Kedungpoh - Pertigaan setelah Kantor Kepala Desa Pilangrejo (ke kiri, lihat papan petunjuk) - masuk jalan cor berbatu dan menanjak (ikuti papan petunjuk) - Embung Batara Sriten.
Perjalanan dari jogja sampai ke jalan nglipar-ngawen mulus dan lancar, setelah pertigaan kantor kepala desa pilangrejo jalanan mulai menanjak, akhirnya Si Ipul (motor matic kesayangan) mulai bekerja keras membawa saya dan ibu negara ke puncak. Baru nanjak sekitar 2 KM karena kondisi jalan yang semakin rusak akhirnya Si Ipul menyerah, dengan kondisi seperti itu saya turun membawa semua barang-barang dengan jalan kaki, kemudian Ibu Negara sendirian berjuang dengan Si Ipul melewati jalan nanjak dengan kondisi yang mulai rusak dan menunggu saya di jalan yang mulai landai. Kejadian seperti itu sampai berulang 5x.Dengan penuh perjuangan akhirnya kami sampai di Pos Retribusi, dan untuk masuk ke tempat wisata ini kami cukup membayar Rp 8.000 dengan rincian biaya parkir motor Rp 2.000 dan tiket untuk 2 orang Rp 6.000.
Dengan penuh perjuangan akhirnya kami sampai di Embung Batara Sriten saat itu sudah jam 09:45, ternyata bukit yang saya maksud letaknya tidak jauh dari Embung Batara Sriten padahal perkiraan saya untuk sampai ke puncak bukit harus trekking seperti Gunung Nglanggeran.
Sambil beristirahat di salahsatu gazebo kami membuka bekal berupa soft drink dan snack yang kami beli di tengah perjalan tadi.
Peragawati dan Binarangka
Ibu Negara versi Garukpala
Setelah beristirahat kami melanjutkan perjalanan ke puncak Tugu Magir, begitulah puncak di sisi timur itu disebut. dan dari embung ke puncak kami hanya membutuhkan waktu 5 menit."Wah kalau kayagini yang muncak motornya, bukan pendakinya" kataku dalam hati. Di tempat ini ternyata terdapat sebuah makam tiban yang dipercaya sebagai petilasan Syeh Wali Jati, seorang kerabat Sultan pada masanya.
Petilasan Syeh Wali Jati
Puncak Tugu Magir yang berketinggian 859 Mdpl menyuguhkan pemandangan 360 derajat wilayah-wilayah di sekitarnya seperti Rawa Jombor, Gunung Merapi, deretan pegunungan Gunungkidul dan Wonogiri. Saat menikmati keindahan di puncak terlintas sebuah imajinasi, andai saja di area ini belum ada akses jalan untuk kendaraan bermotor pasti tempat ini sangat potensial untuk di jadikan tujuan pendakian seperti Gunung Andong atau Gunung Prau, dengan suguhan pemaandangan yang di berikan Puncak Tugu Magir saya yakin misalnya puncak ini di jadikan sebuah tempat pendakian pasti setiap hari akan penuh dengan Tenda Dome para pendaki.
Melamun tanda tak dalam
Ngademke pikir
Bahagia diatas kepedihan orang lain
yang corat-coret kalian NORAK !!!
Batas antara bahagia dan luka
Puncak tertinggi Gunungkidul
Sebenarnya kami ingin menikmati keindahan sunset di Embung Batara Sriten tapi karena saat itu masih sekitar jam 14:00 daripada terlalu lama menunggu kami gunakan untuk melanjutkan perjalanan dan menikmati sunset di tempat lain.
Perjalanan turun dari lokasi embung ternyata lumayan menegangkan, menyusuri jalanan menurun curam kami hanya menggunakan motor matic padahal untuk ke tempat Wisata Batara Sriten sangat tidak disarankan bila menggunakan motor matic. Tidak adanya engine brake pada motor matic membuat pengemudi hanya bisa mengandalkan rem, sehingga lebih mudah mengalami over heating pada disc brake.
Sekian catatan perjalanan saya di Tempat Wisata Batara Sriten dan untuk videonya bisa dilihat di Trip ke Embung Batara Sriten dan Puncak Tugu Magir, semoga bermanfaat.

Untuk mengikuti perjalanan saya selanjutnya silahkan berkunjung di Gunung Ireng Kepingan Merapi di Sisi Selatan Yogyakarta.
Salam Lestari

You'll Never Walk Alone

Gunung Ireng Kepingan Merapi di Sisi Selatan Yogyakarta

"Berawal dari kisah Raden Bratasena dalam lakon pewayangan. Pada zaman dahulu kala, konon Raden Bratasena sangat marah ketika melihat sekelompok kera bermain bintang di puncak Merapi sehingga Raden Bratasena menendang sekelompok kera tersebut namun tendanganya meleset melainkan mengenai puncak merapi sehingga terlempar jauh di segala penjuru salah satunya di padukuhan Srumbung yakni Gunung Ireng".
Itulah sejarah singkat dari Gunung Ireng ...

Melanjutkan perjalanan dari Wisata Batara Sriten saya langsung tancap gas menuju Gunung Ireng yang terletak di Padukuhan Srumbung, Desa Pengkok, Kecamatan Patuk, Gunungkidul, Yogyakarta dengan Koordinat GPS Klik disini.
Misalnya dari jogja langsung saja menuju bukit bintang, dari bukit bintang terus aja sampai perempatan radio GCD FM atau kantor Polisi Patuk. Nah, sampai perempatan ini ambil kanan, kalau kiri ke gunung api nglanggeran, kalo lurus terus ya ke Wonosari. Setelah ambil kanan lurus dikit nanti ada pertigaan lurus saja jalannya menurun, emang kalau jalan besarnya belok kanan tp itu arah ke hutan pinus imogiri. Setelah lurus terus ikuti jalan itu sampai mentok ketemu perempatan yang ada tugunya kemudian ambil kanan, gak jauh dari situ sudah ada papan penunjuknya Gunung Ireng. Papannya ada dikiri jalan. Nah, tinggal ikuti papan itu aja belok kanan kemudian kiri jalan sudah ada gapura masuk Gunung Ireng.
Lurah Garukpala Adventure
Setelah melewati macetnya Jl. wonosari  jam 17:20 akhirnya saya sampai di Pos retribusi kawasan Gunung Ireng, dengan membayar Rp 2.000 untuk biaya rparkir dan Rp 3.000 untuk biaya masuk kawasan wisata saya melanjutkan perjalanan ke puncak Gunung Ireng. Perjalanan dari tempat parkir ke puncak Gunung Ireng ternyata tidak membutuhkan waktu yang lama, cukup 5 menit saya sudah sampai puncak Gunung Ireng.
Pos Retribusi dan tempat parkir
kawasan wisata Watu Ireng
Sebenarnya banyak yang di tawarkan di kawasan wisata Gunung Ireng seperti lafal Allah raksasa yang terukir jelas di dinding Gunung Ireng. Di bawahnya juga ada sebuah batu yang sebagian masyarakat meyakini kalau di sini dulu adalah bekas candi Hindu-Budha.
Ada juga yang meyakini kalau di sini sebagai petilasan Sunan Geseng dan Sunan Kalijaga. Bukti lainnya yakni adanya batu yang kita namai watu lumpang, watu lumpang merupakan cekungan kecil berjumlah 5 buah yang mengandung arti 5 rukun Islam. Menurut cerita orang tua, konon di lokasi ini sering terdengar suara orang memainkan gejok lesung yang suaranya bisa terdengar hingga daerah Bantul.
Selain itu, masih di area Gunung Ireng, ada batu yang disebut sebagai watu tapak kaki. Seperti namanya, batu itu berbentuk sebuah telapak kaki.Tidak jauh dari situ, terdapat sebuah kubangan dekat sumber mata air yang dinamakan sebagai Sendang Ayu. Konon, masyarakat percaya jika air sendang ayu digunakan untuk membasuh muka bisa menjadi awet muda. Tapi karena waktu yang tidak memungkinkan, saya hanya menuju puncak dan menungggu datangnya sunset, tapi saat itu saya kurang beruntung setelah menunggu sampai jam 18:00 sunset indah yang saya harapkan sama sekali tidak kelihatan yang ada cuma kabut tebal yang menyelimuti sisi barat Gunung Ireng.
O iya, selain kaya akan peninggalan dan batu-batuan unik, Gunung Ireng juga menyajikan pemandangan asyik saat pagi hari. Jadi misalnya camping di tempat ini kalau beruntung bisa melihat sunrise dengan view seperti di atas awan layaknya gunung dengan ketinggian 3000 MDPL.

Nunggu KEPASTIAN sunset
Salah-satu Spot camping di kawasan wisata Watu Ireng
Siluet

Gazebo di atas tebing salah-satu ikon kawasan wisata Watu Ireng
Jürgen Klopp jowo
Jam 18:30 dengan perasaan sedikit kecewa saya kembali ke jogja tercinta.

Sekian catatan perjalanan singkat Gunung Ireng Kepingan Merapi di Sisi Selatan Yogyakarta dan untuk videonya bisa dilihat di Trip ke Watu Ireng Gunungkidul Yogyakarta.

Semoga bermanfaat.
Salam Lestari

You'll Never Walk Alone