Senin, 12 Oktober 2015

7 CARA MENJADI PENDAKI YANG BUDIMAN


Okay, judul aslinya lebih panjang, yaitu 7 Cara Menjadi Pendaki Gunung Budiman, Soleh Solehah Yang Kekinian. Halah.

Dunia pendakian gunung kini sudah sangat berubah. Jauh banget!

Dulu, gue masih merasa ngehits banget naik gunung pake keril murahan yang raincovernya dibuat asal-asalan dan beda warna bagian tengah sama samping kanan kirinya, bikin sakit pinggang tapi kayaknya tetap terlihat kece, tangguh, dan fashionable.

Sekarang?

Kalau liat keril-keril pendaki kekinian rasanya pengen banget minder terus mengurung diri di kamar dan gak mau keluar-keluar lagi.

Tapi.... Entahlah, meskipun kerilnya cantik-cantik, gue merasa ada yang hampa ketika ketemu mereka di jalanan, di Kampung Rambutan, di Stasiun Senen, di Bandara. Terutama di weekend atau long weekend. Lalu ketemu lagi di satu gunung tujuan yang gue anggap bakalan sepi, tapi semua ngumpul sana.

Belum lagi manjatnya rame-rame pake banget kayak mau tawuran, belum lagi ada yang ketangkap tangan lagi metik edelweiss, belum lagi keliatan pas nyoret-nyoret batu atau pohon, belum lagi pas pakaiannya cuma celana gemes, bahkan pake sendal jepiit, tau tau pas gue dah balik sampai kosan lagi, ada berita pendaki meninggal, hilang, lenyap, di gunung yang baru saja gue naikin.

Rasanya tuh kayak.....

...aku tuh gak bisa diginiin.

Kadang gue merasa, semua orang naik gunung. Semua orang jadi pendaki gunung. Gunung gak ubahnya kayak Tempat Pelelangan Ikan, yakali, rame banget maksudnya. Dan dunia pendakian tidak seperti dulu lagi. Aku merasa hilang arah....

Berbekal pengalaman seadanya, ya, paling gak, gue udah pernah mendaki gunung pas babi masih mau lewat-lewat samping tenda. Pas ranjau darat belum semelimpah sekarang, pas tisu tisu belum sebececeran ini. Gue mau kasih sedikit tips bagaimana, caranya, menjadi pendaki gunung yang budiman, soleh solehah, tapi tetap kekinian agar dunia pendakian menjadi lebih indah. Langsung aja kali ya, daripada gue makin ngawur.

Untuk menjadi Pendaki Gunung Yang Budiman, Soleh Solehah, dan Tetap Kekinian, kamu harus:

1. Belajar Sebelum Mendaki.

Emangnya cuma ujian sekolah aja yang perlu banyak waktu buat belajar?

Naik gunung juga perlu belajar. Baik buat yang udah berpengalaman apalagi buat yang masih baru kinyis-kinyis. Belajar mendaki gunung ada banyak macamnya, misalnya medan gunung yang akan didaki, waktu tempuh, jenis gunung yang banyak air apa yang miskin air, apa yang perlu dilakukan sebelum mendaki gunung, dan masih banyak lagi variabelnya. Persis kayak matematika, x = y + z = pecah ndase!

Belajarnya juga bisa dilakukan, didapatkan, dan dipelajari darimanapun. Bisa dari tanya-tanya Mbah Google, buka jalanpendaki.com, nanya yang jam terbang pendakiannya udah bukan maen banget, dan lain-lain. Gak perlu pake kuliah di BSI dulu kok!

2. Ikuti Prosedur Safety First.

Seperti banyak postingan-postingan gue yang udah kelelep dimakan jaman, gue selalu bilang, selalu mengingatkan bahwa, ikutilah prosedur keamanan pendakian gunung, biar kegiatan ini aman, nyaman, dan mabrur. Karena naik gunung bukan cuma kegiatan cekikikan barengan temen serombongan yang bikin suasana jadi asyik kemudian tumbuh baper satu sama lain doang, melainkan kegiatan yang cukup berbahaya kalo ditelaah. Kamu kedinginan di gunung, ada hypothermia yang mengintai keselamatanmu. Kamu kecapean di gunung, minimal kaki bisa kena varises. Becanda berlebihan di gunung, bisa dibales langsung sama gunungnya, minimal ilang lah. So, siapa bilang kegiatan pendakian itu menyenangkan semua?

Safety First, ya, ingat!

3. Jangan Boker Sembarangan.

Bukan hanya karena ingin menjadi pendaki yang budiman, tapi kayaknya, kalau kamu bukan sebangsa hewan melata, berkaki empat, maupun tyranosaurus, sebaiknya hentikan kegiatan boker di sembarang tempat di gunung. Yes, i know, boleh dibilang gue yang paling tau rasanya kebelet boker tak tertahankan seperti di cerita-cerita backpaker beser gue sebelumnya, tapi, sekebelet apapun kamu, tolong diliat-liat lagi lah tempat bokernya.

Masih banyak semak-semak yang bisa dijelajah, masih banyak sela-sela hutan tak terjamah yang bisa diperawanin, dibolongin, dan diisi hajat yang tak terselesaikan. JANGAN DI JALUR! Sumpah genggeus, jijik, dan bauk! HUEK!

4. DILARANG Pacaran Di Sepanjang Jalur.

Gak, bukan, sumpah deh bukan karena gue jomblo berkarat yang jadinya keliatan sirik padahal emang iya tapi, layaknya ngeliatin orang-orang pacaran di pinggir jembatan layang, di dekat Banjir Kanal Timur, maupun di mesra-mesraan di motor, pacaran dan manja-manjaan di sepanjang jalur pendakian itu... gak berperi-kejombloan. Asli, jiwa raga ini terganggu. Bukan apa-apa, it's just too much.. KZL.

Siapa yang setuju sama gue? Cung!

5. Berpakaian Santun.

Kemarenan, dunia persilatan pendakian gunung sedikit dihebohkan dengan salah satu film, yang agaknya ingin mengekor kesuksesan film 5cm, yaitu Romeo+Rinjani. Hebohnya bukan karena film kacangan ini ikut-ikutan ngambil setting di sebuah Gunung yang, yeah, kita semua tau lah, Rinjani, the most beautiful mountain in Indonesia, menurut gue pribadi sik. Tapi hebohnya karena.... salah satu tokoh centralnya, perempuan belia, cantik, mulus, dan putih berseri, sayangnya, naik gunung pake celana jeans yang.... emesh banget! Plus tanktop yang membuat tetek-nya keleleran dimana-mana.

Dan, baik ke-emeshan celana maupun tanktop seadanya itu termpampang nyata di poster yang tersebar baik di dunia maya maupun di billboard-billboard sepanjang jalan. Awalnya sih gue penasaran pengen nonton, tapi pas trailernya keputer di bioskop.... gue gak jadi kepengen nonton. Takut kepengen pake celana emesh juga! #lah

But, anyway, maksudnya adalah, berpakaian lah sopan di gunung. Bukan apa-apa, sayang badan mulus kamunya. Gue yang masih pake celana panjang lengkap, pake kaos, kadang aja kalo kepleset, kena ranting, kena apalah-apalah tau-tau badan pada merah-merah berdarah-darah, ini gimana cuma pake celana gemesh sama tanktop?

6. Bawa Turun Sampahmu.

Menjadi pendaki budiman gak perlu musti bawa sekarung sampah dari puncak gunung ke bawah. Atau nyarokin sampah sebanyak-banyaknya biar dianggap ngehits. Maupun foto-foto selfie dengan seribu bekas botol minum yang menghiasi tubuhmu ngalah-ngalahin rencengan gelang emas ibu-ibu dasawisma yang katanya udah naik haji (tapi kayaknya gak mabrur).

Cukup bawa turun lagi sampahmu, dan buang pada tempat yang disediakan. Gak sulit lho, abis makan madu, coki coki, maupun makanan kemasan lainnya, yang kemasannya bisa langsung kamu sakuin di saku celana, baju, maupun jaket. Nah, sampai di tempat camp, kumpulin jadi satu di plastik sampah.

Perbuatan kecil sih, tapi kalau semua pendaki melakukannya, apa iya gunung bakalan kotor?

7. TETAP HIDUP!
Iya.

Jadi pendaki budiman itu harus masih hidup, kalau sudah meninggal namanya almarhum. Maksudnya adalah, mendaki gunung itu bukan kegiatan yang biasa aja, yang bisa dilakukan seenaknya, sekenanya, dan sesuka hati. Tetep perlu persiapan yang matang, fisik yang mumpuni, dan restu dari banyak pihak. Abisan akhir-akhir ini kok banyak banget sih yang kesannya nyepelein kegiatan mendaki gunung mentang-mentang udah hits banget. Kemudian pulang-pulang tinggal nama kan gak lucu lagi.... :((

Mungkin segitu aja tips-tips jadi pendaki gunung yang budiman, soleh-solehah, sekaligus kekinian. Inget ya, naik gunung bukan cuma kegiatan lucu-lucuan yang bisa dilakukan seenaknya. Tetep jaga keselamatan, tetep jaga kehormatan, dan jangan mati!

Thanks for reading!

Source; jalanpendaki.com/2015/05/7-cara-menjadi-pendaki-gunung-yang.html

2 komentar:

  1. Sebelumnya Terima kasih Atas Info yang anda berikan.
    Semoga Sukses Selalu :)

    BalasHapus
  2. Thank you for giving us the knowledge of what you have described. do not forget to visit our website :

    Masterpoker88
    Judi Domino
    Bandar Poker Ceme
    Megapoker99
    Nonton Film Online
    Nonton Film
    Totobet Hongkong

    BalasHapus