Tapi, bukan berarti kamu gak boleh foto-foto di atas gunung, lho. Selain buat kenang-kenangan, gambar yang kamu ambil di atas sana juga berguna sebagai pelengkap catatan pendakianmu. Berkaca dari peristiwa memilukan di atas, berikut ini sedikit tips biar kamu bisa leluasa berfoto tanpa harus membahayakan diri sendiri dan rekan se-teammu.
1. Hal pertama dan terpenting, pastikan kamu waspada dengan keadaan sekeliling saat memotret atau dipotret. Jangan sampai keasyikan dan lupa diri.
Kasus wisatawan tewas gara-gara berfoto memang bukan hal baru, malah belakangan tambah marak. Belum lama, seorang turis asal Singapura tewas terjatuh dari tebing di Nusa Lembongan gara-gara selfie. Ada juga yang tewas diterkam singa di taman safari di Johannesburg, Afrika Selatan karena hal yang sama.
Saat memotret, kita kadang terlalu asyik dengan objek yang kita foto dan lupa untuk waspada dengan keadaan sekeliling kita. Hal ini jelas berbahaya, terlebih di atas gunung yang medannya kadang labil, curam, dan terjal. Jangankan yang gak waspada, yang waspada aja masih bisa celaka. Salah melangkah, bisa-bisa pulang tinggal nama.
Makanya pastikan kamu tetap waspada dengan sekelilingmu. Mantapkan pijakanmu sebelum mengintip lewat viewfinder. Pastikan tanah yang kamu pijak cukup stabil dan aman. Kalau mau difoto, hindari pose-pose nyeleneh yang mempertaruhkan nyawa, berdiri di pinggir jurang misalnya.
2. Perhitungkan baik-baik setiap langkahmu saat berburu foto, jangan sampai abai dengan larangan, rasa takut, maupun instingmu.
Pengen belajar memotret ala fotografer Natgeo yang biasa mengabadikan foto-foto luar biasa dari sudut-sudut yang gak biasa. Mereka bisa sampai naik ke atas pohon, bergantungan dengan tali, sampai membenamkan diri di rawa-rawa demi mendapatkan sudut yang sempurna. Buat belajar, hal ini tentu gak dilarang untuk dijajal.
Tapiiii… kamu belum jadi fotografer profesional, jadi pastikan kamu mengetahui kemampuan dirimu sendiri sebelum memutuskan untuk melangkah mengincar sudut yang spesial. Jangan asal melangkah, perhitungan yang matang wajib hukumnya. Kamu juga tak boleh mengabaikan larangan yang dibuat serta insting dan rasa takutmu sendiri. Seringkali, desiran rasa takut itulah yang bisa menghentikanmu melangkah ke arah maut.
3. Alih-alih mengincar sudut-sudut yang sulit, mainkan komposisi dari sudut-sudut yang sederhana biar fotomu terlihat apik.
Foto-foto kece gak melulu didapat dari sudut-sudut yang sulit. Kadang, memainkan komposisi dari sudut-sudut yang sederhana juga bisa menghasilkan foto yang ciamik. Lagipula, pasti selalu ada objek menarik untuk dipotret. Yang penting, asah terus kepekaanmu untuk menangkap objek yang fotogenik.
4. Asal momennya pas, foto candid juga tak kalah menarik. kamu pun tak perlu bertaruh nyawa untuk mendapatkannya.
Keindahan suatu gunung bukan hanya tampak dari lanskap yang memang meneduhkan mata dan hati. Hal ini juga tecermin dari rona wajah rekan-rekan pendakianmu yang menampakkan raut gembira saat menapaki puncak meski lelah juga tak luput dari sana. Momen-momen yang ditangkap secara candid bakal jadi oleh-oleh berharga yang menyuarakan ekspresi mereka selama mendaki.
5. Biar lebih santai, potretlah ambience dan pemandangan yang menarik di sepanjang jalur pendakian pada saat turun dari puncak.
Tak cuma puncak gunung yang menarik untuk diabadikan, panorama di sepanjang jalur pendakian pun bisa membuat orang tercengang dan berhasrat untuk mengabadikannya ke dalam gambar. Misalnya aja, padang lavender di Oro-Oro Ombo Semeru atau hutan mati di Papandayan tentu bikin kamu pengen mengeksplorasi tiap sudutnya.
Tapi, menjaga ritme mendaki sambil foto-foto bukanlah hal yang mudah. Saat menemukan pemandangan indah di perjalanan ke puncak, kamu cukup mengambil beberapa foto. Pas pulang, bawaanmu lebih ringan dan langkahmu lebih santai. Nah, manfaatkanlah buat memotret objek-objek menarik yang belum sempat kamu eksplorasi saat berangkat. Tapi, jangan sampai terpisah sama temanmu, ya.
6. Di beberapa titik, medan yang kamu tempuh menuntut kewaspadaan tinggi. Simpan dulu kameramu barang sejenak untuk antisipasi.
Kamu jelas gak bisa melewati trek berpasir atau curam sambil menenteng kamera di satu tangan. Ketika kamu menemukan medan yang menuntut kewaspadaan tinggi, simpan dulu kameramu di tempat yang aman. Tak cuma mencegah kameramu tergores atau terbentur, tapi juga membuatmu bisa mencengkeram dan menapak lebih stabil.
7. Bawa kamera dan peralatan pendukung seperlunya. Punggungmu sudah cukup terbebani oleh perlengkapan mendaki dan logistik.
Saat mendaki, tubuhmu sudah cukup terbebani dengan keril berisi perlengkapan mendaki serta logistikmu. Makanya, cukup bawa peralatan fotografi yang ringkas sesuai kebutuhan aja. Kalau tujuanmu adalah dokumentasi, kamera ponsel kayaknya udah cukup deh. Sementara, kalau kamu emang niatnya pengen hunting foto, DSLR kelas low atau mid yang ringan plus dua lensa, wide angle dan macro rasanya udah cukup.
Kamu juga bisa membekali dirimu dengan action camera plus monopod atau tongsis, biar foto wefie atau groufie bareng teman-temanmu jadi tambah kece.
8. Mendakilah pada musim yang tepat bersama rekan ekspedisi yang juga tepat biar berburu fotonya bisa klimaks.
Biar hasil fotonya optimal, tentunya butuh cahaya dan cuaca yang bersahabat, ‘kan? Makanya kalau niat hunting foto, pastikan musimnya pas. Umumnya, saat-saat terbaik adalah setelah setelah musim hujan usai atau awal-awal musim kemarau. Dedaunan masih hijau dan gak gersang, cuacanya juga cenderung cerah bila gak ada kabut.
Tak cuma musim, rekan ekspedisi juga patut dipilih baik-baik. Kalau kamu mendaki bareng mereka yang gak tertarik hunting foto, mereka mungkin gak sabaran buat menunggumu mengambil foto. Sebaliknya, yang gemar hunting foto tapi gak terbiasa mendaki juga mungkin kurang tepat, karena mereka belum tentu tahan menapaki jalur pendakian.
Bagaimanapun, mengabadikan momen dan berpose di atas gunung adalah prioritas kesekian, yang utama adalah pulang dengan selamat. Tapi, sebagian tips ini bisa kamu aplikasikan di tempat wisata lainnya, gak cuma gunung.
Source; hipwee.com/travel/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar