Selasa, 13 Oktober 2015

ETIKA HANTU-HANTUAN DI GUNUNG

Dear Para Pendaki yang budiman.
Siapa yang kalau mau naik gunung, pertama kali yang dipikirin adalah....
"Duh, serem gak sih gunung itu? Ntar ketemu setan gue musti gimana dong??"

Jawabannya adalah, jangan ajak kenalan, plis. Kesian setannya.
Hantu, setan, ghost, makhluk dunia lain, dan segala sebutan lainnya itu memang sudah nyata-nyata eksis di dunia ini. Tuhan yang menciptakannya. Jadi gak usah heboh-heboh amat soal kehadirannya. I mean gini, soal hantu-hantuan mahh gak usah di gunung, coba sekarang, kamu liat belakang rumahmu. Bawah kolong meja. Pojok lemari. Kamar mandi. Mungkin sekarang lagi eksis di samping kamu.

Gak usah jauh-jauh ke gunung, hantu itu ada dimana-mana. Cuma kita gak bisa liat dan merasakan, mungkin cuma sebagian orang yang beruntung (atau sial) aja yang bisa ngeliat dan merasakan. Kalau kata orang bijak, hantu itu aslinya adalah jin, dan lain lain. Tapi kalau pengen tau hantu seserem apa, cobain tips ini:

>> Siapin cukuran jenggot, atau ketek, atau bulu kaki, atau apalah terserah. Gunting rumput juga boleh.
>> Siapin sabun atau foam pencukur jenggot
>> Oleskan sabun atau foam tersebut di alis, lalu cukur alis dengan alat yang disediakan tadi
>> Lalu, bilas wajahmu dengan air bersih
>> Terakhir, berkacalah!

Kalau kamu berteriak, lalu salto ke belakang, kemudian lari terbirit-birit karena takut akan mukamu sendiri, begitulah kira-kira kalau ketemu hantu. Antara serem dan kaget, karena kita gak terbiasa melihatnya.
Nah, yang ingin gue sampaikan di sini sejatinya adalah tentang menanggapi hantu-hantuan di gunung. Kita samakan dulu persepsi bahwa, hantu ada dimana-mana, bahkan di tempat yang gak kita sangka-sangka sekalipun, misalnya, mall, warung kopi, apalagi tempat mesum.
Bisa bayangin dong, kalau di gunung itu gimana?
Ibarat kata di kota, kita ini lagi main ke perumahan, tapi penghuninya bukan orang semua. Ya gitu deh. Ada unggah ungguhnya. Atau sopan satunnya.

Apa aja sih etika hantu-hantuan di gunung? Simak baik baik ya!

1. Sebelum naik gunung, pastikan berdoa buat keselamatan diri dan rombongan. Jangan lupa berdoa biar gak kejadian hal ghaib dan semacamnya di gunung.

2. Mindset adalah segalanya. Pastikan kamu jangan mikir macem-macem di gunung, misal ntar ketemu setan lah, ketemu mantan lah, jangan. Kalau kejadian, perih hati kamu.

3. Kalau punya bakat bisa 'ngeliat', harap diutarakan sama sesama yang berbakat juga. Atau at least sama ketua rombongannya, atau sama temen rombongan yang sekiranya bermental baja.

4. Kalau kamu ngerasa gak berbakat, tapi lagi beruntung dan udah kelanjur ketemu hantu, ini peraturannya, gak tertulis sih, tapi gue rasa hampir semua pendaki tau peraturan gak tertulis ini: JANGAN CERITA ATAU BILANG ATAU HEBOH KE SIAPA-SIAPA KALAU KAMU KETEMU HANTU. Alasannya simpel, kalau kamu tetiba teriak atau berlarian gak jelas, itu akan membuat rombongan kamu kacau dan pendakianmu akan segera bubar, kalau bubarnya aman sih gak masalah, kalau bubarnya minggat satu-satu gimana? BAHAYA.

5. Kalau gak kuat banget, kembali lagi ke pasal 2, bilang sama ketua rombongannya, atau sama temen rombongan yang sekiranya bermental baja.

6. Percayalah sama ketua rombongan, dia tau apa yang harus dia lakukan untuk melindungi kamu dari hal beginian.

7. Jangan ngomong sembarangan. Mulutmu adalah karmamu. Sembarangan ngomong, bisa-bisa dikabulkan keinginanmu. Oh, jangan sedih, mungkin bukan ketemu hantunya yang berbahay, tapi diisenginnya, yang bikin stress.

8. Jangan sok bener, sok ganteng, sok cantik, maupun sok iye merasa dirimu adalah dukun, kecuali kamu adalah Ki Joko Bodo. Atau pemburu hantu. Di mata manusia lainnya, manusia kayak gitu aja ngeselinnya setengah mati, minta digetok pake palang pintu. Kalau kamu sok cantik ke penghuni gunung? Gak perlu diomongin kan akibatnya?

9. Ketahuilah mitos-mitos gunung setempat. Namanya mitos, pasti muncul karena terjadi sesuatu di jaman dulunya. Kayak gak boleh pake baju ijo, sempak oranye, kutang terbalik dan lain sebagainya. Ikutin aja mitos tersebut. Bukan ngajarin kamu musrik, cuma ngajarin kamu menghormati adat setempat. Lagian, apa susahnya sih gak pake sempak oranye selama naik gunung? Elah.

Intinya adalah, gunung memang tempat 'teman-teman' kita bersemayam. Jadi, gak usah kaget-kagetan, gak usah jadi alay, jangan jadi pemburu hantu dadakan, dan tetap positive thinking. Jadilah pendaki yang bijaksana.

source;jalanpendaki.com/2014/09/etika-hantu-hantuan-di-gunung.html

Eh, pasti ada yang penakut..

Tidak ada komentar:

Posting Komentar