Senin, 12 Oktober 2015

ORIENTEERING, SAAT TERSESAT DI HUTAN LEBAT

Tersesat dan tak tahu arah adalah kondisi yang kadang kita temui bila bermain di alam bebas. Indikator pasti kita berada dalam posisi seperti ini adalah ketidakmampuan kita menentukan posisi kita sendiri di lapangan dan kita tak tahu arah tujuan mana yang akan kita ambil. Keadaan lebih di perparah lagi apabila kita lupa menyiapkan peralatan navigasi yang memadai. Dengan kondisi fisik yang tak lagi prima, hanya satu jalan keluar yang paling masuk akal untuk dilakukan: menggunakan secara baik dan benar teknik orientasi dengan menggunakan media alam.

Masih sering kita dengar kabar tentang berita orang hilang di pegunungan. Entah itu rombongan turis, pencinta alam, atau penjelajah rimba dan sebagainya. Kadang mereka yang hilang tersebut diketemukan dalam kondisi sehat wal afiat, kritis, atau malah mengenaskan. Seperti contoh kasus musibah yang paling terakhir, tewasnya dua orang pendaki di Gunung Salak. Padahal, mungkin mereka sudah berusaha keras mencari pertolongan. Bukan tidak mungkin mereka sudah berusaha keras mencoba berbagai jalan setapak, jalan tikus, namun hasil yang didapat malah semakin terperosok jauh ke dalam hutan. Mungkin juga pada saat itu sudah berulang kali helikopter tim SAR bolak-balik di atas kepala korban, namun karena tak ada tanda-tanda korban yang terlihat dari ketinggian akhirnya mereka kembali dengan tangan hampa. Atau mungkin juga sudah berhari-hari tim SAR dari darat bolak-balik merambah sisi-sisi hutan, tapi sekali lagi karena tak ada jejak atau tanda-tanda dari korban akhirnya mereka kembali dengan tangan kosong.

Sebenarnya prinsip dasar untuk dapat segera ditemukan oleh tim SAR adalah tetap bisa mempertahankan komunikasi. Inti dari berkomunikasi adalah menyampaikan pesan. Dan dengan majunya teknologi yang ada sekarang ini, hal tersebut bukanlah menjadi hal yang sulit. Bukan untuk itu wacana ini dibuat, tapi bagaimana bila orang yang hilang tersebut tidak membawa persiapan yang memadai untuk itu. Tidak bisa tidak, satu-satunya jalan hanya dengan membekali diri dengan pengetahuan orientasi dan memanfaatkan apa yang kita punya dan yang ada di sekitar kita untuk keluar dari masalah tersebut. Di alam bebas, komunikasi isyarat mempunyai makna yang sama pentingnya dengan komunikasi secara lisan atau tulisan.

Komunikasi isyarat ini dapat mencapai tujuannya dengan memanfaatkan media alam yang ada di sekitar kita. Bisa dengan batu-batuan, ranting, tanah berlumpur, rumput-rumputan, semak-semak, dan lain sebagainya. Bisa juga dilakukan dengan menggunakan kode-kode morse atau semaphore, atau isyarat-isyarat visual lain seperti asap, kain dengan warna-warna mencolok, dan lain sebagainya. Seperti contoh dengan menaruh batu besar bertumpuk di atas batu kecil di persimpangan jalan, memberikan pesan ke arah ke mana kita pergi, ke kanan atau ke kiri. Atau dapat juga dengan menyusun batu menyudut membentuk kerucut, hal ini memberitahukan arah kerucut batu adalah arah tujuan yang kita tempuh. Dan kalau Anda tetap berjalan lurus ke depan dapat kita memberitahukan dengan menindih dua batu yang sama besar.

Ikatan rumput juga dapat digunakan untuk menunjukkan arah, dengan menekuk puncak ikatan rumput ke arah yang kita tuju. Dalam keadaan kondisi lapangan penuh semak-semak kita harus ekstra waspada, karena semak-semak biasa tumbuh menutupi jalur-jalur yang jarang dilalui. Semak juga gampang tumbuh di hutan-hutan yang mempunyai kelembaban tinggi atau daerah-daerah dengan ketinggian 1.500-2.000 meter di atas permukaan laut (mdpl). Biasanya meski baru di tebas, dua minggu kemudian semak-semak tersebut sudah tumbuh kembali. Maka, dalam keadaan seperti di atas, semak kalau bisa harus kita tebas. Dengan harapan sebelum satu atau dua minggu mendatang tim pencari akan menemukan jejak kita. Patahan atau tebasan kecil pada ranting dan batang pohon besar dapat juga dimanfaatkan seperti halnya pada semak dan rerumputan. Patahan dan torehan merupakan tanda-tanda khas arah yang ditempuh. Kalau biasa buat tiap kita melangkah sejauh 15-20 meter. Bekas tebasan atau torehan menunjukkan berapa lama “jejak” tersebut dibuat. Dan dengan memperhitungkan apakah bekas tebasan itu masih baru atau sudah lama, ditambah dengan pengetahuan tentang keadaan kelembaban dan cuaca satu atau dua hari sebelumnya dapat diperkirakan berapa lagi kita dapat menyusul korban.

Pada trek setapak bertanah liat kita dapat melihat jejak sepatu dan hewan dengan jelas. Dengan membandingkan dengan jejak baru yang kita buat kita dapat memperkirakan berapa lama jejak tersebut berada di sana. Dan kita juga dapat memperkirakan berapa orang yang pernah melalui trek tersebut, bahkan kalau kita jeli kita bisa juga memperkirakan kondisi terakhir orang yang lewat daerah tersebut. Mungkin tidak persis benar, tapi paling tidak kita mempunyai dasar asumsi tersebut. Akan tetapi, ada beberapa orang yang lebih senang menggunakan tali rafia untuk mengisyaratkan pesannya. Dengan perhitungan tidak ingin melukai pohon ia lebih berpikir meninggalkan sampah yang sangat lama didaur ulang oleh alam. Bahkan ada juga yang membuat pesan yang ditulis dalam plastik kedap air, sehingga dapat dibaca oleh orang yang mungkin melewatinya. Hal lain yang mungkin dalam memberikan bahasa isyarat adalah dengan menggunakan peluit. Alat yang cukup murah harganya dipasaran ini ternyata cukup efektif untuk memberitahukan di mana keberadaan Anda. Demikian pula dengan pemakaian cahaya senter dan kilauan kaca cermin. Dan di kalangan militer sudah digunakan pistol dengan isyarat warna yang ditembakkan ke udara.

Banyak contoh kasus orang hilang yang memberitahukan jejaknya dengan membuang barang-barang kecil seperti bungkus permen, kotak rokok, kotak korek api. Dengan mengenali data yang ada pada korban kita dapat langsung mengidentifikasi bila korban membuang barang-barang seperti tersebut. Tapi, bila kita ingin melakukan hal seperti ini, selalu ingat bahwa ini adalah cara yang paling terakhir bila segala macam cara yang kita tempuh di atas tidak mencapai hasil. Karena cara seperti ini tidak ada bedanya dengan membuang sampah sembarangan di alam.

Menaruh warna-warna kontras di tempat terbuka bisa juga efektif dalam menyampaikan komunikasi isyarat. Di daerah hutan yang rata-rata berwarna hijau, warna lain seperti kuning, oranye dan merah merupakan trik penarik perhatian yang sangat komunikatif. Karenanya mengapa perlengkapan gunung banyak yang berwarna menarik, hal ini bukanlah untuk gaya-gayaan atau mode. Tapi bila kita menghadapi kondisi sulit seperti di atas, ternyata alat-alat tersebut banyaklah gunanya. Syal-syal pencinta alam, bandana atau baju-baju warna cerah juga dapat kita gunakan sebagai alat informasi isyarat dan penunjuk arah. Dengan merobek kecil-kecil dan mengikatnya pada ranting-ranting menjadi pedoman arah yang sudah kita lalui.

Cahaya juga dapat dimanfaatkan. Sinar lampu kecil seperti senter akan terlihat dengan mudah pada jarak sampai delapan kilometer. Sedangkan cahaya yang besar, seperti yang dihasilkan lampu mobil dapat terlihat sampai jarak sejauh 30 kilometer. Kita juga bisa membuat asap untuk berkomunikasi. Asap yang mempunyai warna mencolok lebih efektif daripada asap yang hanya berwarna putih. Asap juga lebih efektif dibandingkan kibaran bendera. Tapi, ingat dan selalu hati-hati jangan sampai hutan terbakar karena ulah kita.

Tips bila tersesat di hutan :

- Jangan panik, tenangkan diri. (hal itu bisa dilakukan dengan berdoa)

- Hematlah tenaga dan jangan lakukan aktivitas berlebihan.

- Atur penggunaan makanan dan minuman sebijaksana mungkin. Atau carilah tumbuhan liar yang bisa dimakan.

- Sebelum gelap datang siapkan tempat untuk menginap. Bisa di ceruk, di bawah tebing kokoh, atau di antara pepohonan yang sama besar.

- Buat selalu aktivitas yang menarik perhatian. Seperti meniup peluit, membuat asap, memantulkan sinar matahari dengan cermin atau benda berkilat lainnya, membuat kode dengan senter atau lain sebagainya.

- Jika kita memutuskan membuat jalur baru, tinggalkan jejak-jejak seperlunya.

- Bekali diri Anda sebelum melakukan perjalanan dengan ilmu navigasi dan keadaan darurat.

Source; jurnalbumi.wordpress.com/2002/05/29/orienteering-saat-tersesat-di-rimba-lebat/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar