Kenapa mendaki gunung?
Mendaki gunung seperti kegiatan petualangan lainnya merupakan sebuah
aktivitas olahraga berat. Kegiatan itu memerlukan kondisi kebugaran
pendaki yang prima. Bedanya dengan olahraga yang lain, mendaki gunung
dilakukan di tengah alam terbuka yang liar, sebuah lingkungan yang
sesungguhnya bukan habitat manusia, apalagi anak kota.
Pendaki yang baik sadar adanya bahaya yang bakal menghadang dalam
aktivitasnya yang diistilahkan dengan bahaya obyektif dan bahaya
subyektif. Bahaya obyektif adalah bahaya yang datang dari sifat-sifat
alam itu sendiri. Misalnya saja gunung memiliki suhu udara yang lebih
dingin ditambah angin yang membekukan, adanya hujan tanpa tempat
berteduh, kecuraman permukaan yang dapat menyebabkan orang tergelincir
sekaligus berisiko jatuhnya batu-batuan, dan malam yang gelap pekat.
Sifat bahaya tersebut tidak dapat diubah manusia.
Hanya saja,
sering kali pendaki pemula menganggap mendaki gunung sebagai rekreasi
biasa. Apalagi untuk gunung-gunung populer dan “mudah” didaki, seperti
Gede, Pangrango atau Salak. Akibatnya, mereka lalai dengan persiapan
fisik maupun perlengkapan pendakian. Tidak jarang di antara tubuh mereka
hanya berlapiskan kaus oblong dengan bekal biskuit atau air ala
kadarnya.
Meski tidak dapat diubah, sebenarnya pendaki dapat
mengurangi dampak negatifnya. Misalnya dengan membawa baju hangat dan
jaket tebal untuk melindungi diri dari dinginnya udara. Membawa tenda
untuk melindungi diri dari hujan bila berkemah, membawa lampu senter,
dan sebagainya.
Sementara bahaya subyektif datangnya dari diri
orang itu sendiri, yaitu seberapa siap dia dapat mendaki gunung. Apakah
dia cukup sehat, cukup kuat, pengetahuannya tentang peta kompas memadai
(karena tidak ada rambu-rambu lalu lintas di gunung), dan sebagainya.
Sebagai gambaran, Badan SAR Nasional mendata bahwa dari bulan Januari
1998 sampai dengan April 2001 tercatat 47 korban pendakian gunung di
Indonesia yang terdiri dari 10 orang meninggal, 8 orang hilang, 29 orang
selamat, 2 orang luka berat dan 1 orang luka ringan, dari seluruh
pendakian yang tercatat (Badan SAR Nasional, 2001)
Data lain,
sejak tahun 1969 sampai 2001, gunung Gede dan Pangrango di Jawa Barat
telah memakan korban jiwa sebanyak 34 orang. Selanjutnya, dari 4000
orang yang berusaha mendaki puncak Everest sebagai puncak gunung
tertinggi di dunia, hanya 400 orang yang berhasil mencapai puncak dan
sekitar 100 orang meninggal. Rata-rata kecelakaan yang terjadi pada
pendakian dibawah 8000 m telah tercatat sebanyak 25% pada setiap periode
pendakian.
Kedua bahaya itu dapat jauh dikurangi dengan
persiapan. Persiapan umum yang harus dimiliki seorang pendaki sebelum
mulai naik gunung antara lain:
1. Membawa alat navigasi berupa
peta lokasi pendakian, peta, altimeter [Alat pengukur ketinggian suatu
tempat dari permukaan laut], atau kompas. Untuk itu, seorang pendaki
harus paham bagaimana membaca peta dan melakukan orientasi. Jangan
sekali-sekali mendaki bila dalam rombongan tidak ada yang berpengalaman
mendaki dan berpengetahuan mendalam tentang navigasi.
2. Pastikan kondisi tubuh sehat dan kuat. Berolahragalah seperti lari atau berenang secara rutin sebelum mendaki.
3. Bawalah peralatan pendakian yang sesuai. Misalnya jaket anti air
atau ponco, pisahkan pakaian untuk berkemah yang selalu harus kering
dengan baju perjalanan, sepatu karet atau boot (jangan bersendal),
senter dan baterai secukupnya, tenda, kantung tidur, matras.
4.
Hitunglah lama perjalanan untuk menyesuaikan kebutuhan logistik. Berapa
banyak harus membawa beras, bahan bakar, lauk pauk, dan piring serta
gelas. Bawalah wadah air yang harus selalu terisi sepanjang perjalanan.
5. Bawalah peralatan medis, seperti obat merah, perban, dan obat-obat khusus bagi penderita penyakit tertentu.
6. Jangan malu untuk belajar dan berdiskusi dengan kelompok pencinta
alam yang kini telah tersebar di sekolah menengah atau
universitas-universitas.
7. Ukurlah kemampuan diri. Bila tidak sanggup meneruskan perjalanan, jangan ragu untuk kembali pulang.
Memang, mendaki gunung memiliki unsur petualangan. Petualangan adalah
sebagai satu bentuk pikiran yang mulai dengan perasaan tidak pasti
mengenai hasil perjalanan dan selalu berakhir dengan perasaan puas
karena suksesnya perjalanan tersebut. Perasaan yang muncul saat
bertualang adalah rasa takut menghadapi bahaya secara fisik atau
psikologis. Tanpa adanya rasa takut maka tidak ada petualangan karena
tidak ada pula tantangan.
Risiko mendaki gunung yang tinggi,
tidak menghalangi para pendaki untuk tetap melanjutan pendakian, karena
Zuckerma menyatakan bahwa para pendaki gunung memiliki kecenderungan
sensation seeking [pemburuan sensasi] tinggi. Para sensation seeker
menganggap dan menerima risiko sebagai nilai atau harga dari sesuatu
yang didapatkan dari sensasi atau pengalaman itu sendiri.
Pengalaman-pengalaman yang menyenangkan maupun kurang menyenangkan
tersebut membentuk self-esteem [kebanggaan /kepercayaan diri].
Pengalaman-pengalaman ini selanjutnya menimbulkan perasaan individu
tentang dirinya, baik perasaan positif maupun perasaan negatif.
Perjalanan pendakian yang dilakukan oleh para pendaki menghasilkan
pengalaman, yaitu pengalaman keberhasilan dan sukses mendaki gunung,
atau gagal mendaki gunung. Kesuksesan yang merupakan faktor penunjang
tinggi rendahnya self-esteem, merupakan bagian dari pengalaman para
pendaki dalam mendaki gunung.
Fenomena yang terjadi adalah
apakah mendaki gunung bagi para pendaki merupakan sensation seeking
untuk meningkatkan self-esteem mereka? Selanjutnya, sensation seeking
bagi para pendaki gunung kemungkinan memiliki hubungan dengan
self-esteem pendaki tersebut. Karena pengalaman yang dialami para
pendaki dalam pendakian dapat berupa keberhasilan maupun kegagalan.
Persiapan mendaki gunung.
Persiapan umum untuk mendaki gunung antara lain kesiapan mental, fisik, etika, pengetahuan dan ketrampilan.
1. Kesiapan mental.
Mental amat berpengaruh, karena jika mentalnya sedang fit, maka fisik pun akan fit, tetapi bisa saja terjadi sebaliknya.
2. Kesiapan fisik.
Beberapa latihan fisik yang perlu kita lakukan, misalnya : Stretching
/perenggangan [sebelum dan sesudah melakukan aktifitas olahraga,
lakukanlah perenggangan, agar tubuh kita dapat terlatih kelenturannya].
Jogging (lari pelan-pelan) Lama waktu dan jarak sesuai dengan kemampuan
kita, tetapi waktu, jarak dan kecepatan selalu kita tambah dari waktu
sebelumnya. Latihan lainnya bisa saja sit-up, push-up dan pull-up
Lakukan sesuai kemampuan kita dan tambahlah porsinya melebihi porsi
sebelumnya.
3. Kesiapan administrasi.
Mempersiapkan seluruh prosedur yang dibutuhkan untuk perijinan memasuki kawasan yang akan dituju.
4. Kesiapan pengetahuan dan ketrampilan.
Pengetahuan untuk dapat hidup di alam bebas. Kemampuan minimal yang
perlu bagi pendaki adalah pengetahuan tentang navigasi darat, survival
serta EMC [emergency medical care] praktis.
Perencanan pendakian.
Hal pertama yang ahrus dilakukan adalah mencari informasi. Untuk
mendapatkan data-data kita dapat memperoleh dari literatur- literatur
yang berupa buku-buku atau artikel-artikel yang kita butuhkan atau dari
orang-orang yang pernah melakukan pendakian pada objek yang akan kita
tuju. Tidak salah juga bila meminta informasi dari penduduk setempat
atau siapa saja yang mengerti tentang gambaran medan lokasi yang akan
kita daki.
Selanjutnya buatlah ROP (Rencana Operasi
Perjalanan). Buatlah perencanaan secara detail dan rinci, yang berisi
tentang daerah mana yang dituju, berapa lama kegiatan berlangsung,
perlengkapan apa saja yang dibutuhkan, makanan yang perlu dibawa,
perkiraan biaya perjalanan, bagaimana mencapai daerah tersebut, serta
prosedur pengurusan ijin mendaki di daerah tersebut. Lalu buatlah ROP
secara teliti dan sedetail mungkin, mulai dari rincian waktu sebelum
kegiatan sampai dengan setelah kegiatan. Aturlah pembagian job dengan
anggota pendaki yang lain (satu kelompok), tentukan kapan waktu makan,
kapan harus istirahat, dan sebagainya.
Intinya dalam perencanaan pendakian, hendaknya memperhatikan :
■ Mengenali kemampuan diri dalam tim dalam menghadapi medan.
■ Mempelajari medan yang akan ditempuh.
■ Teliti rencana pendakian dan rute yang akan ditempuh secermat mungkin.
■ Pikirkan waktu yang digunakan dalam pendakian.
■ Periksa segala perlengkapan yang akan dibawa.
Perlengkapan dasar perjalanan
■ Perlengkapan jalan : sepatu, kaos kaki, celana, ikat pinggang, baju, topi, jas hujan, dll.
■ Perlengkapan tidur : sleeping bag, tenda, matras dll.
■ Perlengkapan masak dan makan: kompor, sendok, makanan, korek dll.
■ Perlengkapan pribadi : jarum , benang, obat pribadi, sikat, toilet paper / tissu, dll.
■ Ransel / carrier.
Perlengkapan pembantu
■ Kompas, senter, pisau pinggang, golok tebas, Obat-obatan.
■ Peta, busur derajat, douglass protector, pengaris, pensil dll.
■ Alat komunikasi (Handy talky), survival kit, GPS [kalo ada]
■ Jam tangan.
Packing atau menyusun perlengkapan kedalam ransel.
■ Kelompokkan barang barang sesuai dengan jenis jenisnya.
■ Masukkan dalam kantong plastik.
■ Letakkan barang barang yang ringan dan jarang penggunananya (mis : Perlengkapan tidur) pada yang paling dalam.
■ Barang barang yang sering digunakan dan vital letakkan sedekat mungkin dengan tubuh dan mudah diambil.
■ Tempatkan barang barang yang lebih berat setinggi dan sedekat mungkin dengan badan / punggung.
■ Buat Checklist barang barang tersebut.
SURVIVAL.
Survival berasal dari kata survive yang berarti mampu mempertahankan
diri dari keadaan tertentu. Dalam hal ini mampu mempertahankan diri dari
keadaan yang buruk dan kritis. Sedangkan Survivor adalah orang yang
sedang mempertahankan diri dari keadaan yang buruk.
Survival adalah keadaan dimana diperlukan perjuangan untuk bertahan
hidup. Survival merupakan kehidupan dengan waktu mendesak untuk
melakukan improvisasi yang memungkinkan. Kuncinya adalah menggunakan
otak untuk improvisasi.
Statistik membuktikan hampir semua
situasi survival mempunyai batasan waktu yang singkat hanya 3 hari atau
72 jam bagi orang hilang, dan yang mampu bertahan cukup lama tercatat
sangat sedikit sekitar 5 persen itupun karena pengetahuan dan
pengalamannya.
Dalam situasi survival janganlah tergesa-gesa
menentukan prioritas survival karena dapat berakibat salah, gagasan kaku
yang tidak boleh ditawar-tawar juga akan berakibat fatal. Ketepatan
memutuskan dengan didukung pengalaman dan hasil diskusi dapat
menguntungkan karena situasi darurat perlu pertimbangan dan sikap tegas
dalam mencapai tujuan akhir.
Dalam keadaan survival diperlukan
pengetahuan terhadap kondisi dan kebutuhan tubuh, bukan mutlak mengerti
secara fisik tetapi memahami reaksi atau dampak akibat pengaruh
lingkungan. menggunakan pengetahuan dalam usaha mengatur diri saat
keadaan darurat adalah kunci dari survival. Pengaturan disini adalah
memelihara ketrampilan dan kemampuan untuk mengontrol sumber daya
didalam diri dan kemampuan memecahkan persoalan, bila pengaturan keliru,
tidak hanya badan terganggu akan tetapi dapat langsung berdampak
terhadap kemampuan untuk tetap hidup. Memahami jenis kebutuhan hidup
yang menjadi prioritas sangat menguntungkan didalam situasi survival.
Dalam kondisi survival tantangan yang sangat dominan adalah sikap
mental atau psikologis untuk mencari kebutuhan tubuh dan untuk
memperolehnya dibutuhkan gagasan-gagasan dengan dasar pertimbangan dari
pengalaman atau pendidikan yang pernah diikutinya, pengalaman hidup
dengan resiko tinggi dan aktivitas menantang terbukti dapat membuat
orang belajar untuk berbuat yang lebih baik dan melakukan adaptasi
efektif.
Berikut adalah contoh susunan prioritas dalam keadaan survival :
1. Tentunya yang paling utama adalah udara. bernafas dilakukan setiap
detik untuk bertahan hidup oleh karena itu udara mendapat prioritas
utama untuk bertahan hidup. survival tanpa udara umumnya hanya bertahan
selama 3 sampai 5 menit.
2. Selanjutnya dibutuhkan perlin-
dungan, dari cuaca buruk dan keganasan alam. sejak keberadaannya manusia
dibatasi lingkungannya sendiri mulai dari temperatur yang sangat
berpengaruh pada tubuh. Untuk itu diperlukan sesuatu yang dapat
melindunginya contohnya api yang dapat menghangatkan dan menjaga
temperatur tubuh, jika tidak ada rumah, tenda atau gua. Api dapat
dimasukkan kedalam prioritas kedua
3. Istirahat, sepele namun
dibutuhkan, dengan istirahat jaringan tubuh akan terbebas dari CO2, asam
dan pemborosan lain. Istirahat yang dimaksud adalah istirahat fisik dan
juga mental sebab stress dapat mengurangi kemampuan untuk
bertahan.Dengan demikian istirahat dapat dimasukkan kedalam prioritas
ketiga.
4. Air. Kehilangan cairan dan kondisi air yang tidak
dapat diminum adalah persoalan didalam survival. Tubuh manusia kira-kira
terdiri dari 2/3 jaringan yang mengandung air dan merupakan bagian
sistem sirkulasi di dalam organ tubuh. Air dapat menjaga suhu tubuh,
memperlancar buang air dan mencerna makanan. Kondisi lingkungan yang
exstrem tanpa air dapat mengurangi kemampuan bertahan hidup hingga tiga
hari, sehingga air dapat dimasukkan kedalam prioritas keempat. Sangatlah
bijaksana apabila pemakaian air dapat dihemat.
5. Tubuh
manusia membutuhkan makanan tiga kali sehari. Tetapi sementara banyak
manusia di benua lain hanya dapat makan sekali sehari atau bahkan tidak
makan berhari-hari. Catatan menunjukkan bahwa tanpa makanan survivor
dapat bertahan selama 40 sampai 70 hari. Keharusan untuk mendapatkan
makanan adalah prioritas terakhir dalam survival. Penghematan energi
adalah salah satu cara untuk mengimbangi kekurangan makanan.
Sikap dalam Survival.
Sikap cepat tanggap dalam keadaan darurat sangat diperlukan. Setiap
orang harus dapat berbuat yang terbaik dalam memprioritaskan pandangan
terhadap lingkungan darurat. Hal ini tidak mudah karena sikap ini perlu
latar belakang pengetahuan dan keterampilan. Bila semua prioritas telah
diperoleh, tetapi masih kehilangan kemauan untuk hidup atau kemampuan
untuk menguasai mental yang disebabkan kondisi fisik, maka akhirnya akan
hilang sama sekali. Kondisi yang demikian sangat membahayakan dan
bahkan sesuatu yang menguntungkan pun akan dibuangnya. Juga yang perlu
diingat janganlah meremehkan sesuatu yang anda lihat. Sikap mental
positif sangat diperlukan untuk menganalisa semua yang bertentangan
dengan tubuh.
Apa saja yang berguna dalam mengha- dapi situasi survival dapat dilihat dalam dua persoalan :
1. Kesiapan mendiskusikan dengan jelas “apakah anda ingin hidup ?”,
ungkapan yang sederhana. Secara naluriah manusia mempunyai insting untuk
menjaga diri. Banyak kegiatan survival yang menunjukkan adanya jalan
keluar dari periode fisik ekstrem dan mental stress ke posisi tenang.
Sadar atau tidak orang mempunyai kekuatan untuk dirinya sendiri terhadap
kematian. Oleh karena itu setiap orang juga mempunyai kekuatan untuk
dirinya sendiri terhadap kehidupan.
2. Kemampuan untuk
memecahkan persoalan, hal ini didapat jika kita mampu mempertahankan
kondisi tubuh. sebagai contoh : tubuh manusia bekerja optimum dengan
temperatur 37 derajat C. Mengabaikan temperatur lingkungan akan
menyebabkan penyempitan susunan fungsi inti didalam tubuh yang
efektivitasnya tinggi yang pada akhirnya akan mengganggu peredaran
darah, menurunkan aktivitas sel, dan akhirnya otak cepat kehilangan
hubungan dengan realitas, akhirnya bertindak irrasional berbarengan
dengan turunnya koordinasi yang akhirnya berakibat fatal. Pengetahuan
dan pengalaman tidak ada artinya kalau tubuh hanya bekerja dengan
separuh kemampuannya, penghematan sumberdaya seperti energi, panas dan
air adalah penting.
Mengapa ada Survival?
Timbulnya
kebutuhan survival karena adanya usaha manusia untuk keluar dari
kesulitan yang dihadapi. Kesulitan-kesulitan tsb antara lain :
- Keadaan alam (cuaca dan medan)
- Keadaan mahluk hidup disekitar kita (binatang dan tumbuhan)
- Keadaan diri sendiri (mental, fisik, dan kesehatan)
- Banyaknya kesulitan-kesulitan tsb biasanya timbul akibat
kesalahan-kesalahan kita sendiri. Dalam keadan tersebut ada beberapa
faktor yang menetukan seorang Survivor mampu bertahan atau tidak, antara
lain : mental, kurang lebih 80% kesiapan kita dalam survival terletak
dari kesiapan mental kita.
Timbulnya kebutuhan survival karena
adanya usaha manusia untuk keluar dari kesulitan yang dihadapi.
Kesulitan-kesulitan tsb antara lain :
- Keadaan alam (cuaca dan medan)
- Keadaan mahluk hidup disekitar kita (binatang dan tumbuhan)
- Keadaan diri sendiri (mental, fisik, dan kesehatan)
Banyaknya kesulitan-kesulitan tsb biasanya timbul akibat kesalahan-kesalahan kita sendiri.
Definisi Survival.
Arti survival sendiri terdapat berbagai macam versi, yang akan kita bahas di sini hanyalah menurut versi pencinta alam ;
Sadarkan diri dalam keadaan gawat darurat
Usahakan untuk tetap tenang dan tabah
Rasa takut dan putus asa harus hilangkan
Vitalitas mesti ditingkatkan
Ingin tetap hidup dan selamat itu tujuannya
Variasi alam bisa dimanfaatkan
Asal mengerti, berlatih dan tahu caranya
Lancar dan selamat
Jika anda tersesat atau mengalami musibah, ingat-ingatlah arti survival
tersebut, agar dapat membantu anda keluar dari kesulitan. Dan yang
perlu ditekankan jika anda tersesat yaitu istilah “STOP” yang artinya :
Stop & seating / berhenti dan duduklah
Thingking / berpikirlah
Observe / amati keadaan sekitar
Planning / buat rencana mengenai tindakan yang harus dilakukan
Kebutuhan survival
Yang harus dipunyai oleh seorang survivor adalah :
1. Sikap mental ; Semangat untuk tetap hidup, Kepercayaan diri, Akal
sehat, Disiplin dan rencana matang serta Kemampuan belajar dari
pengalaman]
2. Pengetahuan ; Cara membuat bivak, Cara
memperoleh air, Cara mendapatkan makanan, Cara membuat api, Pengetahuan
orientasi medan, Cara mengatasi gangguan binatang, Cara mencari
pertolongan
3. Pengalaman dan latihan ; Latihan mengidentifikasikan tanaman, Latihan membuat trap, dll
4. Peralatan ; Kotak survival, Pisau jungle , dll
Langkah yang harus ditempuh bila anda/kelompok anda tersesat :
1. Mengkoordinasi anggota
2. Melakukan pertolongan pertama
3. Melihat kemampuan anggota
4. Mengadakan orientasi medan
5. Mengadakan penjatahan makanan
6. Membuat rencana dan pembagian tugas
7. Berusaha menyambung komunikasi dengan dunia kuar
8. Membuat jejak dan perhatian
9. Mendapatkan pertolongan
Bahaya-bahaya dalam Survival.
Banyak sekali bahaya dalam survival yang akan kita hadapi, antara lain :
Ketegangan dan panik
Cara Pencegahan : Sering berlatih, Berpikir positif dan optimis dan Persiapan fisik dan mental
Matahari / panas
- Kelelahan panas
- Kejang panas
- Sengatan panas
- Keadaan yang menambah parahnya keadaan panas : Penyakit akut /
kronis, Baru sembuh dari penyakit Demam, Baru memperoleh vaksinasi,
Kurang tidur, Kelelahan, Terlalu gemuk, Penyakit kulit yang merata,
Pernah mengalami sengatan udara panas, Minum alkohol, Dehidrasi.
Pencegahan keadaan panas :
-Aklimitasi.
- Persedian air.
- Mengurangi aktivitas.
- Garam dapur.
- Pakaian : Longgar, Lengan panjang, Celana pendek, Kaos oblong.
Serangan penyakit.
Penyakit yang biasa diderita pegiat alam bebas adalah grin emotikon emam, Disentri, Typus, Malaria.
Kemerosotan mental.
Gejala : Lemah, lesu, kurang dapat berpikir dengan baik, histeris
Penyebab : Kejiwaan dan fisik lemah atau keadaan lingkungan mencekam.
Pencegahan : Usahakan tenang dan tentu saja banyak berlatih.
Bahaya binatang beracun dan berbisa.
Keracunan.
- Gejala ; Pusing dan muntah, nyeri dan kejang perut, kadang-kadang mencret, kejang kejang seluruh badan, bisa pingsan.
- Penyebab : Makanan dan minuman beracun
- Pencegahan : Air garam di minum, Minum air sabun mandi panas, Minum teh pekat atau di tohok anak tekaknya
Keletihan amat sangat.
Pencegahan : Makan makanan berkalori dan Membatasi kegiatan
Bahaya lainnya dalam survival adalah : Kelaparan, Lecet, Kedinginan
[untuk penurunan suhu tubuh 30° C bisa menyebabkan kematian]
Membuat Bivouck (Shelter)
Membuat bivouck atau shelter perlindungan dalam keadaaan darurat
sebenarnya bertujuan untuk untuk melindungi diri dari angin, panas,
hujan, dingin dan gangguan binatang.
Macam –macam bivouac :
1. Shelter asli alam ; Gua [yang bukan tempat persembunyian binatang,
tidak ada gas beracun dan tidak mudah longsor]. Ingat ! didalam gua
jangan berteriak karena dapat meruntuhkan dinding gua.
2. Shelter
buatan dari alam ; daun-daunan yang lebar, ranting kayu, atau separuhnya
alam dan separuhnya butan [misalnya ponco di kombinasi dengan ceruk
batu atau pohon tumbang atau ranting kayu]
Syarat bivouac :
- Hindari daerah aliran air [bila terpaksa, maka gunakan bivouck panggung]
- Di atas bivouac / shelter tidak ada dahan pohon mati/rapuh
- Bukan sarang nyamuk/serangga
- Bahan kuat
- Jangan terlalu merusak alam sekitar
- Terlindung langsung dari angin
Mengatasi Gangguan Binatang:
Nyamuk ; Obat nyamuk, autan, dll , Bunga kluwih dibakar, Gombal / kain
butut [dalam keadaan memaksa, penulis pernah memotong lengan baju kaos
sebagai pengganti gombal] dan minyak tanah dibakar kemudian dimatikan
sehingga asapnya bisa mengusir nyamuk , Gosokkan sedikit garam pada
bekas gigitan nyamuk
Laron ; Mengusir laron yang terlalu banyak dengan cabe yang digantungkan
Disengat Lebah ; Oleskan air bawang merah pada luka bekas sengatan
berkali-kali, Tempelkan tanah basah/liat di atas luka sengatan, Jangan
dipijit-pijit, Tempelkan pecahan genting panas di atas luka, Olesi
dengan petsin untuk mencegah pembengkakan
Gigitan Lintah ;
Teteskan air tembakau pada lintahnya, Taburkan garam di atas lintahnya,
Teteskan sari jeruk mentah pada lintahnya, Taburkan abu rokok di atas
lintahnya, Membuang [mengais] lintah upayakan dengan patahan kayu hidup
yang ada kambiumnya.
Semut Gatal ; Gosokkan obat gosok pada
luka gigitan, Letakkan cabe merah pada jalan semut, Letakkan sobekan
daun sirih pada jalan semut
Kalajengking dan lipan; Pijatlah
daerah sekitar luka sampai racun keluar, Ikatlah tubuh di sebelah
pangkal yang digigit, Tempelkan asam yang dilumatkan di atas luka,
Taburkan serbuk lada dan minyak goreng pada luka, Taburkan garam di
sekeliling bivouck untuk pencegahan
Ular dll ; Untuk mencegah
dan mengobati secara darurat gigitan dan sengatan binatang berbisa
mematikan harus mempelajari Emergency Medical Care [EMC]
MAKANAN.
Dalam kondisi hidup dialam bebas ada berbagai makanan yang dapat di
konsumsi, tetapi harus memperhatikan beberapa syarat dan patokan berikut
:
- Makanan yang di makan kera juga bisa di makan manusia
- Hati-hatilah pada tanaman dan buah yang berwarna mencolok
- Hindari makanan yang mengeluarakan getah putih, seperti sabun kecuali sawo dan pepaya.
- Tanaman yang akan dimakan di coba dulu dioleskan pada tangan,
lengan, bibir dan atau lidah, tunggu sesaat. Apabila terasa aman bisa
dimakan.
- Hindari makanan yang terlalu pahit atau asam
Catatan ;
Hubungan air dan makanan; Untuk makanan yang mengandung karbohidrat
memerlukan air yang sedikit, Makanan ringan yang dikemas akan
mempercepat kehausan, Makanan yang mengandung protein butuh air yang
banyak.
Tumbuhan yang dapat dimakan dapat diketahui dari
ciri-ciri fisik, misalnya : Permukaan daun atau batang yang tidak
berbulu atau berduri, tidak mengeluarkan getah yang sangat lekat, tidak
menimbulkan rasa gatal, hal ini dapat dicoba dengan mengoleskan daunnya
pada kulit atau bibir dan tidak menimbulkan rasa pahit yang sangat
[dapat dicoba di ujung lidah]
Bagian-bagian tumbuhan yang dapat dimakan berupa batangnya :
- Batang pohon pisang (putihnya)
- Bambu yang masih muda (rebung)
- Pakis dalamnya berwarna putih.
- Sagu dalamnya berwarna putih.
- Tebu.
Bagian-bagian tumbuhan yang dapat dimakan berupa daunnya :
- Selada air
- Rasamala (yang masih muda)
- Daun mlinjo
- Singkong
Bagian-bagian tumbuhan yang dapat dimakan berupa akar dan umbinya :
- Ubi jalar, talas, singkong
Bagian-bagian tumbuhan yang dapat dimakan berupa Buahnya :
Arbei, asam jawa, juwet
Tumbuhan yang dapat dimakan seluruhnya :
- Jamur merang, jamur kayu. Tetapi ada beberapa jenis jamur mempunyai beracun yang ciri-cirinya adalah :
- Mempunyai warna mencolok
- Baunya tidak sedap
- Bila dimasukkan ke dalam nasi, nasinya menjadi kuning
- Sendok menjadi hitam bila dimasukkan ke dalam masakan
- Bila diraba mudah hancur
- Punya cawan/bentuk mangkok pada bagian pokok batangnya
- Tumbuh dari kotoran hewan
- Mengeluarkan getah putih
Selain tumbuhan, berbagai hewan yang ditemukan di alam dapat dimakan
juga, misalnya Belalang, Jangkrik, Tempayak putih (gendon), Cacing,
burung, Laron, Lebah, larva, Siput/bekicot, Kadal [bagia belakang dan
ekor], Katak hijau, Ular [1/3 bagian tubuh tengahnya], Binatang besar
lainnya.
Ada beberapa ciri binatang yang tidak dapat dimakan, yaitu :
- Binatang yang mengandung bisa : lipan dan kalajengking
- Binatang yang mengandung racun : penyu laut
- Binatang yang mengandung bau yang khas : sigung / senggung
Api.
Bila mempunyai bahan untuk membuat api, yang perlu diperhatikan adalah
jangan membuat api terlalu besar tetapi buatlah api yang kecil beberapa
buah, hal ini lebih baik dan panas yang dihasilkan merata.
Cara membuat api dalam keadaan darurat :
- Dengan lensa / Kaca pembesar ; fokuskan sinar pada satu titik dimana diletakkan bahan yang mudah terbakar.
- Gesekan kayu dengan kayu ; Cara ini adalah cara yang paling susah,
caranya dengan menggesek-gesekkan dua buah batang kayu sehingga panas
dan kemudian dekatkan bahan penyala, sehingga terbakar.
- Busur
dan gurdi ; Buatlah busur yang kuat dengan mempergunakan tali sepatu
atau parasut, gurdikan kayu keras pada kayu lain sehingga terlihat asap
dan sediakan bahan penyala agar mudah tebakar. Bahan penyala yang baik
adalah kawul / sabut terdapat pada dasar kelapa, atau daun aren
Survival kits.
Survical kits adalah perlengkapan untuk survival yang harus dibawa
dalam perjalanan sebagai alat berjaga-jaga bila terjadi keadaan darurat
atau juga dapat digunakan selama perjalanan.
Beberapa contoh survival kits adalah :
- Mata pancing /kait
- Pisau / sangkur / vitrorinoc
- Tali kecil
- Senter
- Cermin suryakanta, cermin kecil
- Peluit
- Korek api yang disimpan dalam tempat kedap air [tube roll film]
- Tablet garam, norit
- Obat-obatan pribadi
- Jarum + benang + peniti
- Ponco / jas hujan / rain coat
- Dan lain-lain.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar